Friday, July 25, 2014

TEKNIK PENGUMPULAN DATA PENELITIN KUALITATIF

TEKNIK PENGUMPULAN DATA PENELITIN KUALITATIF
    Setelah Mahasiswa mengikuti perkuliahan diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian serta kelebihan dan kekurangan metode pengumpulan data Observasi
2. Menjelaskan pengertian serta kelebihan dan kekurangan metode pengumpulan data Sample (sampling)
3. Menjelaskan pengertian serta kelebihan dan kekurangan metode pengumpulan data Teknik Wawancara
4. Menjelaskan pengertian serta kelebihan dan kekurangan metode pengumpulan data Focus Group Discussion (FGD)
 
A.    OBSERVASI
      Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
      Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
      Observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.
      Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu: 1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi kelompok. Berikut penjelasannya:
1.      Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang  digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan.
2.      Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
3.      Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian
      Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
      Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.
Tujuan Observasi
      Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.     Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.
      Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:
1.      Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.
2.      Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.
3.      Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.
      Tujuan observasi bagi seorang psikolog pada dasarnya adalah sebagai berikut :
1.      Untuk keperluan asesmen awal dilakukan di luar ruang konseling, misalnya: ruang tunggu, halaman, kelas, ruang bermain.
2.      Sebagai dasar/titik awal dari kemajuan klien. Dari beberapa kali pertemuan psikolog akan mengetahui kemajuan yang dicapai klien.
3.      Bagi anak-anak, untuk mengetahui perkembangan anak-anak pada tahap tertentu.
4.      Digunakan dalam memberi laporan pada orangtua, guru, dokter, dan lain-lain.
5.      Sebagai informasi status anak/remaja di sekolah untuk keperluan bimbingan dan konseling.
Teknik Observasi
Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
1.      Observasi Partisipan
      Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa karena pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti dapat berkomunikasi secara akrab dan leluasa dengan observer, sehingga memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang akan diteliti.
      Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup dan seorang participant observer adalah sebagai berikut:
a.       Metode Observasi
      Persoalan tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya.
b.      Waktu dan Bentuk Pencatatan
      Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah yang penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi merupakan hal yang terbaik.
      Pencatatan on the spot akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan tetapi pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menarik perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.
c.       Intensi dan Ekstensi Partisipasi
      Seacara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi partisipan ini. Peneliti dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa kegiatan sosial (partial participation), dan dapat juga pada semua kegiatan(full particiration). Dan, dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat turut serta sedalam-dalamnya (intensive participation) atau secara minimal (surface participation). Hal ini tergantung kepada situasi.
      Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dan yang diamati. Sedangkan dalam observasi nonpartisipan, observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Observasi nonpartisipan dapat bersifat tertutup, dalam arti tidak diketahui oleh subjek yang diteliti, ataupun terbuka yakni diketahui oleb subjek yang diteliti.
2.      Observasi Sistematik
      Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.
a.       Materi Observasi
      Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya lebih terbatas. Sebagai alat untuk penelitian desicriptif, peneliti berlandaskan pada perumusan-perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dan penelitian, bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif.
      Perumusan-perurnusan masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1aar, dan sebagainya. Dengan begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
b.      Cara-Cara Pencatatan
      Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-jawaban, respons, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk mengadakan “kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala atau tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti akan sangat memudahkan pekerjaan analisis hasil.
3.      Observasi Eksperimental
      Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun dalam lingkup experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol.
      Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah dikontrol secermat-cermatnya, sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku.
Ciri-ciri penting dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut :
·         Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observee.
·         Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observee.
·         Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenannya dan observasi.
·         Observer, atau alat pencatat, membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.
B.     TEKNIK WAWANCARA
a.       Pengertian wawancara
    Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (I.Djumhur dan Muh.Surya, 1985).
    Wawancara adalah salah satu metode untuk dapat mendapatkan data anak atau orangtua dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan/face to face relation(Bima Walgito, 1987).
    Wawancara adalah alat untuk memperoleh data atau fakta atau informasi dari seorang murid secara lisan (Dewa Ktut Sukardi, 1983). Wawancara informatif adalah suatu alat untuk memperoleh fakta/data informasi dari murid secara lisan. Dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk bimbingan (W.S.Winkel, 1995)
b.      Kelebihan dan kekurangan teknik wawancara
Kelebihan
·         Flexibility. Pewawancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu. Jika dia menginginkan informasi yang mendalam maka dapat melakukan “probing”. Demikian pula jika ingin memperoleh informasi tambahan, maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan, bahkan jika suatu pertanyaan dianggap kurang tepat ditanyakan pada saat itu, maka dia dapat menundanya.
·         Nonverbal Behavior. Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
·         Question Order. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga responden dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
·         Respondent alone can answer. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh responden yang telah ditetapkan.
·         Greater complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisi pertanyaan yang mudah dijawab oleh responden. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
·         Completeness. Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan.
Kelemahan :
·         Mengadakan wawancara dengan individu satu persatu memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya.
·         Interview Bias. Walau dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi. Sering atribut (jenis kelamin, etnik, status sosial, jabatan, usia, pakaian, penampilan fisik, dsb) responden dan juga pewawancara mempengaruhi jawaban.
·         Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara dalam melakukan hubungan antar manusia (human relation).
·         Wawancara tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu, misalnya di lokasi-lokasi ribut dan ramai.
·         Sangat tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan sementara dari subyek wawancara, yang mungkin menghambat ketelitian hasil wawancara.
·         Jangkauan responden relatif kecil dan memakan waktu lebih lama dari pada angket dan biaya yang relatif yang lebih mahal.
c.       Hal-hal yang tidak boleh dan boleh dilakukan dalam wawancara
      Hal-hal yang harus dilakukan seorang pewawancara adalah mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat. Kadang-kadang ia seperti seorang penginterogasi, kadang-kadang secara tajam ia menyerang dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia mengklarifikasi, kadang-kadang pula ia seperti pasif atau menjadi pendengar yang baik. Suksesnya suatu wawancara tergantung pada kemampuan melakukan kombinasi berbagai keterampilan sesuai dengan tuntutan situasi dan orang yang diwawancarai.
      Dalam proses wawancara si pewawancara harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh orang yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai yakni suasana yang konduksif bagi berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya, berbagai pikiran muncul dibenak si pewawancara ketika wawancara sedang berlangsung. Seperti : Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara orang yang diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah ia terlihat bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu?
d.      Kesimpulan
     Wawancara adalah teknik pengambilan data melalui pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden. Wawancara biasanya dilakukan jika peneliti bermaksud melakukan analisis kualitatif atas penelitiannya.
C.    TEKNIK PENGUMPULAN SAMPEL (SAMPLING)
1.      Pengertian pengumpulan sampel
    Sampling adalah “…the process of choosing a representative portion of a population. If contrasts especially with the process of complete enumeration, in which every member of the defined population is included…” (Cristina P. Parel et.al. : 1973).
    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.
2.      Kebaikan dan kejelekan sampel
Ada beberapa keuntungan jika kita menggunakan sampel yaitu:
a.       Penelitian sampel dapat dilakukan lebih cepat dan lebih murah. Karena sampel itu lebih kecil dari seluruh populasi maka pengumpulan dan pengolahan data dilakukan lebih cepat. Selanjutnya karena sample hanya merupakan bagian saja dari populasi maka biaya pengumpulan informasi menjadi lebih rendah.
b.      Penelitian sampel dapat menghasilkan informasi yang lebih komprehensif. Sebuah sampel yang kecil dapat diselidiki secara lebih teliti dan lebih mendalam, sedangkan untuk suatu populasi yang besar, biaya penyelidikannya akan tidak terbayar.
c.       Penelitian sampel lebih akurat. Suatu kelompok kecil peneliti dengan keterampilan tinggi akan melakukan lebih sedikit kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data daripada kesalahan yang akan dilakukan oleh suatu kelompok yang besar.
d.      Oleh karena penghematan yang diperoleh dalam waktu dan biaya maka dengan penelitian sampel dimungkinkan untuk menyedikan populasi yang lebih besar dan lebih bervariasi daripada yang dapat dilakukan dalam waktu dan dengan biaya yang sama, apabila yang dikerjakan itu adalah enumerasi lengkap (Ronny Haditijo Soemantro, 1985: 42).
            Kekurangan dari pengumpulan data berdasarkan teknik sampel adalah kurang hasil yang kurang akurat karena kemungkinan terpilihnya item-item yang tidak mewakili dari populasi yang diteliti karena pengumpulan sampel sacara random.
3.      Teknik-teknik pengumpulan sampel
a.       Sampel random atau sample acak, sampel campur
            Teknik sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subyek-subyek di dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh  karena hak setiap subyek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel.
b.      Sampel berstrata atau stratified sample
            Apabila peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkatan-tingkatan atau strata, maka pengambilan sample tidak boleh dilakukan secara random. Adanya strata, tidak boleh diabaikan, dan setiap strata harus diwakili sebagai sampel.
c.       Sampel wilayah atau area probability sample
            Seperti halnya pada sampel berstrata dilakukan apabila ada perbedaan antara strata yang satu dengan strata lain, maka kita lakukan sampel wilayah apabila ada perbedaan ciri antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.
d.      Sampel proporsi atau proportional sample, atau sample imbangan
            Teknik pengambilan sample proporsi atau sampel imbangan ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunakan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Ada kalanya banyaknya subyek yang terdapat pada setiap strata atau setiap wilayah tidak sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel yang representative, pengambilan subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah.
e.       Sampel bertujuan atau purposive sample
            Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya karena alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Walaupun cara seperti ini diperbolehkan, yaitu peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi:
1.      Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
2.      Subyek yang diambil sebagai sample benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subyectis).
3.      Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
f.       Sampel kuota atau quota sample
            Teknik sampling ini juga dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan. Dalam mengumpulkan data, peneliti menghubungi subyek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi, tanpa menghiraukan dari mana asal subyek tersebut (asal masih dalam populasi). Biasanya yang dihubungi adalah subyek yang mudah ditemui, sehingga pengumpulan datanya mudah. Yang penting diperhatikan di sini adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.
g.      Sampel kelompok atau cluster sample
            Di masyarakat kita jumpai kelompok-kelompok yang bukan merupakan kelas atau strata. Dalam membicarakan masalah persekolahan, kita jumpai adanya kelompok sekolah SD, SLTP, SLTA. Kelompok-kelompok tersebut dapat dipandang sebagai tingkatan atau strata.
            Demikian pula kelompok pegawai negeri, anggota ABRI, pedagang, petani, nelayan, dan sebagainya, kita tidak dapat memandanginya sebagai strata, tetapi kelompok. Inilah yang disebut cluster. Di dalam menentukan jenis cluster atau kelompok harus dipertimbangkan dengan masak-masak apa ciri-ciri yang ada.
h.      Sampel kembar atau double sample
            Sampel kembar adalah dua buah sampel yang sekaligus diambil oleh peneliti dengan tujuan untuk melengkapi jumlah apabila ada data yang tidak masuk dari sampel pertama, atau untuk mengadakan pengecekan terhadap kebenaran data dari sampel pertama. Biasanya sampel pertama jumlahnya sangat besar sedangkan sampel kedua yang untuk mengecek, jumlahnya tidak begitu besar (Prof. Dr. Suharsini Arikunto, 2006: 133-142).
D.    FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)
      Selain wawancara juga dikenal Focus Group Discussion (FGD) merupakan metode penelitian di mana peneliti memilih orang-orang yang dianggap mewakili sejumlah publik yang berbeda. Misalnya, seorang Public Relations (PR) perusahaan ingin mengetahui opini publik tentang kebijakan baru perusahaan, PR bisa memilih orang yang dianggap mewakili karyawan, pimpinan dan lainnya. Mereka semua dikumpulkan dalam sebuah ruang diskusi yang dipimpin seorang moderator.
      Di forum diskusi inilah moderator mengeksplorasi opini dan pandangan-pandangan responden tentang kebijakan perusahaan. Dari sini kemudian moderator memiliki peran penting bagi suksesnya diskusi. Peneliti dapat bertindak sebagai moderator atau mempercayakan kepada orang lain. Seorang moderator harus mempunyai kemampuan dalam penguasaan teknik wawancara, menjaga agar aliran diskusi terus berjalan, dan mampu bertindak sebagai wasit atau bahkan sebagai pembela yang menentang apa yang dianggap baik (devil’s advocate). Selama proses diskusi akan lebih baik dilengkapi alat-alat perekam, sehingga membantu peneliti dalam analisis data. (Hariwijaya 2007: 72-73).
      FGD memungkinkan peneliti mendapatkan data yang lengkap dari informan yang biasanya dijadikan landasan suatu program (pilot study). Pelaksanaan FGD juga relatif cepat, yang terlama adalah waktu rekruitmen informan. FGD juga memungkinkan peneliti lebih fleksibel dalam menentukan desain pertanyaan, sehingga bebas bertanya kepada informan sesuai dengan tujuan penelitian. Namun FGD relatif membutuhkan biaya yang cukup besar, bahkan dalam beberapa kasus, para informan mendapat selain konsumsi juga ‘uang lelah’ karena telah mengikuti diskusi.
      Secara garis besar Focus Group Discussion (FGD), bersifat lebih lebar dari wawancara. Jika wawancara menitikberatkan pada pengajuan pertanyaan kepada narasumber atau responden, maka dalam FGD, tidak terdapat pengajuan pertanyaan secara spesifik, namun lebih pada upaya mendengarkan keterangan dari berbagai sumber yang kemudian dirumuskan menjadi suatu data tertentu. Dalam kasus ini peneliti berusaha mengumpulkan data mengenai suatu Topik tertentu dari banyak pihak yang memiliki informasi mengenai Topik tersebut. Masing-masing pihak kemudian mengemukakan pendapat, persepsi dan pemikirannya masing-masing mengenai Topik tersebut dalam suatu diskusi, dimana peneliti menjadi pendengar yang bertugas mengamati dan memfasilitasi jalannya diskusi. Dari diskusi tersebut kemudian dihasilkan suatu pendapat akhir yang mewakili pendapat utama dari masing-masing pihak. Pendapat akhir inilah yang kemudian menjadi data yang lalu dikumpulkan oleh peneliti. Tentu saja dalam FGD, terdapat tingkatan persepsi dan kebiasan tertentu, sesuai dengan pemikiran masing-masing pihak. Namun dari hal ini didapatkan suatu data yang lebih bersifat deskriptif dan menyeluruh.
      FGD adalah suatu metode kualitatif. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi mendalam pada konsep, persepsi dan gagasan untuk suatu kelompok FGD mengarahkan untuk menjadi lebih dari suatu pertanyaan-pertanyaan interaksi jawaban. Ini merupakan suatu diskusi kelompok antara 6 sampai 12 orang yang dipandu oleh seorang fasilitator dan co-fasilitator..
            Kegunaan FGD antara lain untuk :
  1. Riset fokus dan pengembangan penelitian hipotesis yang relevan dengan menyelidiki kedalaman lebih besar pada masalah yang akan diselidiki dan penyebab yang mungkin terjadi.
  2. Merumuskan pertanyaan secara terstruktur, skala yang lebih besar untuk survey.
  3. Memberikan bantuan untuk memahami dan memecahkan permasalahan yang tak terduga.
  4. Mengembangkan pesan sesuai program pendidikan kesehatan dan kemudian mengevaluasi pesan agar lebih jelas.
  5. Menyelidiki topik yang pro dan kontra.
      Cara mementukan kelompok diskusi:
  1. Menentukan Tujuan.
  2. mempertimbangkan peserta (criteria), situasi, dan lain-lain.
  3. Situasi analisis
  4. Mempertimbangkan pertimbangan ketika menyiapkan FGD.
  5. Memakai metode yang cocok
  6. Pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan ini ada beberapa langkah yang harus diperhatikan antara lain :
1.      Merumuskan pertanyaan
2.      Identifikasi dan melatih assessor
3.      Melakukan Pre-test
4.      Merekrut peserta
5.      Membuat peraturan
6.      Membuat Jadwal
7.      Perkenalan
8.      Menjelaskan tujuan FGD
9.      Memberikan waktu untuk berpikir
10.  Mengatur setting
11.  Diskusi dimulai dari topik yang paling ringan
12.  Merekam setiap kejadian
13.  Menyiapkan data dan analisis
14.  Membuat laporan.
      Dalam pelaksanaan sesi ada yang berperan sebagai fasilitator atau moderator untuk fokus kelompok diskusi yang bertindak sebagai perekam. Fungsi fasilitator adalah bertindak sebagai suatu ahli atas topik tertentu. Perannya adalah untuk merangsang dan mendukung diskusi. Tugasnya meliput memberikan petunjuk dan memberikan dorongan pada saat diskusi berlangsung.
      FGD merupakan proses interaktif. FGD dapat digunakan sebagai alat yang kuat dalam sebuah penelitian yang menyediakan informasi secara spontan yang berharga dalam jangka waktu yang singkat dan relatif cepat. FGD merupakan salah satu metode kualitatif dan alat tunggal yang dapat menambah keuntungan misalnya dalam penelitian atau yang lain. Dalam kelompok diskusi, orang-orang cenderung memusatkan pendapatnya berdasarkan pada norma sosial. Akan tetapi pendapat-pendapat itu sebaiknya dibahas dengan ketua dan informan penting dalam FGD melalui wawancara.
            Namun FGD memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
  1. FGD tidak dapat digunakan untuk tujuan kuantitatif, misalnya tes hipotesis atau penemuan-penemuan umum untuk lingkup yang luas, yang memerlukan penelitian-penelitian yang lebih teliti dan rumit.
  2. Dalam permasalahan sebuah topic yang sangat sensitive anggota kelompok dapat ragu-ragu dalam mengungkapkan perasaanya dan pengalamannya secara bebas. Misalnya perilaku seksual atau HIV AIDS yang dialaminya.

PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF

PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
      Memahami landasan filosofis penelitian kualitatif dalam perbandingannya dengan penelitian kuantitatif merupakan hal yang penting sebagai dasar bagi pemahaman yang tepat  terhadap penelitian kualitatif, namun demikian bagi seorang peneliti penguasaan dalam tingkatan operasional lebih diperlukan lagi agar dalam pelaksanaan penelitian tidak terjadi kerancuan metodologis, dan penelitian benar-benar dilaksanakan dalam suatu bingkai pendekatan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
      Dalam tataran metodologis perbedaan landasan filosofis terrefleksikan dalam perbedaan metode penelitian, dimana positivisme dimanifestasikan dalam metode penelitian kuantitatif sedangkan fenomenologi dimanifestasikan dalam metode penelitian kualitatif. Kedua pendekatan ini sering diposisikan secara diametral, meskipun belakangan ini terdapat upaya untuk menggabungkannya baik dalam bentuk paralelisasi maupun kombinasi, adapun perbedaan antara metode kuantitatif dengan kualitatif adalah sebagai berikut  :
Tabel 1.1
Perbedaan Metode Kuantitatif dengan Kualitatif
No
Metode Kuantitatif
Metode Kualitatif
1
Menggunakan hiopotesis yang ditentukan  sejak awal penelitian
Hipotesis dikembangkan sejalan dengan penelitian/saat penelitian
2
Definisi yang jelas dinyatakan sejak awal
Definisi sesuai konteks atau saat penelitian berlangsung
3
Reduksi data menjadi angka-angka
Deskripsi naratif/kata-kata, ungkapan atau pernyataan
4
Lebih memperhatikan reliabilitas skor yang diperoleh melalui instrumen penelitian
Lebih suka menganggap cukup dengan reliabilitas penyimpulan
5
Penilaian validitas menggunakan berbagai prosedur dengan mengandalkan hitungan statistik
Penilaian validitas melalui pengecekan silang atas sumber informasi
6
Mengunakan deskripsi prosedur yang jelas (terinci)
Menggunakan deskripsi prosedur secara naratif
7
sampling random
Sampling purposive
8
Desain/kontrol statistik atas variabel eksternal
Menggunakan analisis logis  dalam mengontrol variabel ekstern
9
Menggunakan desain khusus untuk mengontrol bias prosedur
Mengandalkan peneliti dalam mengontrol bias
10
Menyimpulkan hasil menggunakan statistik
Menyimpulkan hasil secara naratif/kata-kata
11
Memecah gejala-gejala menjadi bagian-bagian untuk dianalisis
Gejala-gejala yang terjadi dilihat dalam perspektif keseluruhan
12
Memanipulasi aspek, situasi atau kondisi dalam mempelajari gejala yang kompleks
Tidak merusak gejala-gejala yang terjadi secara alamiah /membiarkan keadaan aslinya 
(diadaptasi dari Jack R. Fraenkel &  Norman E. Wallen. 1993 : 380)
Perbedaan lainnya tentang penelitian kualitatif tercantum pada tabel berikut ini.
Tabel 1.2
Tabel Perbedaan Penelitian Kuantitatif dengan Penelitian Kualitatif
Penelitian Kualitatif
Penelitian Kuantitatif
Desain tidak terinci, fleksibel, timbul "emergent" serta
berkembang sambil jalan antara lain mengenai tujuan, subjek,
sampel, dan sumber data.
Desain terinci dan mantap.
Desain sebenarnya baru diketahui dengan jelas setelah penelitian

selesai (retrospektif).
Desain direncanakan sebelumnya pada tahapan persiapan

(projektif)
Tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya, hipotesis lahir

sewaktu penelitian dilakukan; hipotesis berupa "hunches", petunjuk

yang bersifat sementara dan dapat berubah; hipotesis berupa

pertanyaan yang mengarahkan pengumpulan data.
Mengemukakan hipotesis sebelumnya, yang akan diuji

kebenarannya.
Hasil penelitian terbuka, tidak diketahui sebelumnya karena

jumlah variabel penelitian tidak terbatas
Hipotesis menentukan hasil yang diharapkan; hasil telah  diramalkan (apriori); hasil penelitian telah terkandung di dalam

hipotesis, jumlah variabel terbatas
Desain fleksibel, langkah-langkah tidak dapat dipastikan sebelumnya dan hasil penelitian tidak dapat diketahui atau diramalkan sebelumnya
Dalam desain jelas langkah-langkah penelitian serta hasil yang
diharapkan
Analisis data dilakukan sejak mula penelitian dan dilakukan  bersamaan dengan pengumpulan data, walaupun analisis akan lebih banyak pada tahap-tahap selanjutnya.
Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul pada tahap akhir.
C.    ALASAN MEMILIH PENELITIAN KUALITATIF
      Strauss dan Corbin menyatakan bahwa seseorang yang melakukan penelitian kualitatif memiliki beberapa alasan. Pertama, adalah alasan demi kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya. Beberapa peneliti yang memiliki latar belakang bidang pengetahuan seperti antropologi, atau yang terkait dengan orientasi filsafat seperti fenomenologi, biasanya dianjurkan untuk menggunakan metode kualitatif. Kedua, adalah alasan untuk tidak terjebak pada angka-angka hasil pengolahan dengan menggunakan teknik statistik yang cenderung berlaku untuk populasi. Ketiga, adalah alasan dari sifat masalah yang diteliti. Dalam beberapa bidang studi, pada dasarnya lebih tepat digunakan jenis penelitian kualitatif. Contoh dari penelitian semacam ini adalah penelitian untuk mengungkap sifat pengalaman seseorang dengan fenomena seperti sakit, berganti agama, ketagihan obat, kehidupan pengemis, dan pola partisipasi wanita bekerja di luar rumah.
D.    KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF
      Ciri atau karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
Tabel 1.3
Ciri- ciri pokok Penelitian Kualitatif
1
Naturalistic inquiry
Mempelajari situasi dunia nyata secara alamiah, tidak melakukan manipulasi,; terbuka pada apapun yang timbul.
2
Inductive analysis
Mendalami rincian dan kekhasan data guna menemukan  kategori, dimensi, dan kesaling hubungan.
3
Holistic perspective
Seluruh gejala yang dipelajari dipahami sebagai sistem yang kompleks lebih dari sekedar penjumlahan bagian-bagiannya.
4
Qualitative data
Deskripsi terinci, kajian/inkuiri dilakukan secara mendalam.
5
Personal contact and insight
Peneliti punya hubungan langsung dan bergaul erat dengan orang-orang, situasi dan gejala yang sedang dipelajari.
6
Dynamic systems
Memperhatikan proses; menganggap perubahan bersifat konstan dan terus berlangsung baik secara individu maupun budaya secara keseluruhan
7
Unique case orientation
Menganggap setiap kasus bersifat khusus dan khas
8
Context Sensitivity
Menempatkan temuan dalam konteks sosial, historis dan waktu
9
Emphatic Netrality
Penelitian dilakukan secara netral agar obyektif tapi bersifat empati
10
design flexibility
Desain penelitiannya bersifat fleksibel, terbuka beradaptasi sesuai perubahan yang terjadi (tidak bersifat kaku)
(Sumber : Patton : 1990 :40-41)
a.      Inkuiri naturalistic
      Desain  penelitian kualitatif  bersifat alamiah dimana   peneliti tidak berusaha memanipulasi setting penelitian, kondisi/situasi obyek yang diteliti benar-benar merupakan kejadian, komunitas, interaksi yang terjadi secara alamiah, hal ini dikarenakan metode kualitatif berusaha memahami fenomena-fenomena dalam kejadian alami yang wajar. Menurut Guba inkuiri naturalistik merupakan pendekatan yang berorientasi pada penemuan yang meminimalisir manipulasi peneliti atas obyek penelitian/studi
b.      Analisis induktif
      Metode kualitatif terutama berorientasi pada upaya eksplorasi, penemuan dengan menggunakan logika induktif . analisis induktif  bermakna analisis yang dimulai dengan melakukan observasi spesifik menuju terbentuknya pola umum. Peneliti kualitatif berusaha memahami berbagai hubungan antar dimensi/variabel yang muncul dari data-data yang ditemukan tanpa terlebih dahulu membuat hipotesis sebagaimana umum dilakukan dalam penelitian kuantitatif.
c.       Perspektif menyeluruh
      Metode kualitatif berusaha memahami fenomena sebagai suatu keseluruhan yang padu dan total. Peneliti kualitatif memandang bahwa keseluruhan itu merupakan suatu sistem yang kompleks tidak sekedar penjumlahan bagian-bagiannya. Pendeskripsian serta pemahaman atas lingkungan sosial (atau lingkungan dalam konteks lainnya) seseorang (informan) merupakan hal yaang sangat penting bagi pemahaman yang menyeluruh atas apa yang diteliti.
d.      Data kualitatif
      Dalam  penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif yang mendeskripsikan setting penelitian baik situasi maupun informan/responden yang umumnya berbentuk narasi baik melalui perantaran lisan seperti ucapan/penjelasan responden,  dokumen pribadi, catatan lapangan. Berbeda dengan penelitian kuantitatif dimana data yang dikumpulkan merupakan hasil pengukuran atas variabel-variabel yang telah dioperasionalkan (umumnya berbrntuk angka-angka)
e.       Kontak personal
      Metode kualitatif mensyaratkan perlunya kontak personal secara langsung antara peneliti dengan orang-orang dan lingkungan yang sedang diteliti. Perlunya kontak langsung secara personal adalah guna memahami secara personal realitas yang terjadi dalam kehidupan wajar sehari-hari, sehingga peneliti dapat mengerti dan memahami bagaimana  orang-orang mengalami, memahami dan menghayati realitas yang terjadi.
f.        Sistem yang dinamis
      Setting penelitian merupakan sesuatu yang dinamis, dan selalu berubah baik secara individual maupun budaya secara keseluruhan. Perhatian utama peneliti kualitatif adalah menggambarkan dan memahami proses dinamika yang terjadi, karena fenomena-fenomena yang terjadi saling berkaitan dan saling mempengaruhi secara dinamis dalam suatu sistem yang menyeluruh.
g.      Berorientasi pada kasus yang khas
      Kedalaman metode kualitatif secara tipikal bermula dari kasus-kasus kecil yang menarik sesuai dengan tujuan penelitian. Pentingnya studi kasus ini terutama bila seseorang memerlukan pemahaman atas orang-orang yang istimewa, masalah-masalah khas atau situasi-situasi yang unik secara lebih mendalam.
h.      Sensitif pada konteks
      Temuan-temuan dalam penelitian kualitatif selalu ditempatkan sesuai dengan konteksnya, baik konteks sosial, konteks historis, maupun konteks waktu, ini berarti bahwa suatu temuan akan banyak bermakna atau akan memberikan makna yang lebih mendalam bila dilihat dalam konteksnya sendiri-sendiri, oleh karena itu peneliti harus peka dalam memahami konteks suatu temuan penelitian.
i.        Netralitas yang empati
      Obyektivitas yang sempurna adalah tidak mungkin, subyektivitas murni akan merusak keterpercayaan, untuk itu dalam penelitian kualitatif seorang penelity diharapkan bersifat netral tapi empati, kenetralan merupakan upaya untuk menjaga obyektivitas, sedangkan sikap empati perlu ada mengingat peneliti kualitatif melakukan kontak personal secara langsung dengan sumber-sumber data (informan)
j.        Desain yang lentur
     Desain penelitian dalam metode kualitatif tdak bersifat kaku, dia biasa mengadaptasi perubahan sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam kegiatan penelitian, oleh Karena itu dalam penelitian kualitatif desain secara parsial bisa muncul pada saat penelitian sedang berlangsung.
     Setelah mensintesiskan pendapat Bogdan & Biklen dengan pendapat Lincoln & Guba,  Moleong mengemukakan sebelas karakteristik penelitian kualitatif yaitu :
1.      Latar alamiah (penelitian dilakukan pada situasi alamiah dalam suatu keutuhan)
2.      Manusia sebagai alat (Manusia/peneliti merupakan alat pengumpulan data yang utama)
3.      Metode kualitatif (metode yang digunakan adalah metode kualitatif)
4.      Anslisa data secara induktif (mengacu pada temuan lapangan)
5.      Teori dari dasar/grounded theory (menuju pada arah penyusunan teori berdasarkan data)
6.      Deskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka)
7.      Lebih mementingkan proses daripada hasil
8.      Adanya batas yang ditentukan oleh fokus (perlunya batas penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalajh dalam penelitian)
9.      Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data (punya versi lain tentang validitas, reliabilitas dan obyektivitas)
10.  Desain yang bersifat sementara (desain penelitian terus berkembang sesuai dengan kenyataan lapangan)
11.  Hasil penelitiaan dirundingkan dan disepakati bersama (hassil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama antar peneliti dengan sumber data)
            Sementara itu menurut Nasution ciri-ciri  metode kualitatif adalah :
1.      Sumber data adalah situasi yang wajar  atau natural settting Peneliti sebagai instrumen penelitian
2.      Sangat deskriptif
3.      Mementingkan proses maupun produk
4.      Mencari makna
5.      Mengutamakan data langsung
6.      Triangulasi (pengecekan data/informasi dari sumber lain)
7.      Menonjolkan rincian kontekstual
8.      Subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti
9.      Mengutamakan perspektif emik (menurut pandangan responden)
10.  Verifikasi (menggunakan kasus yang bertentangan untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya)
11.  Sampling yang purposive
12.  Menggunakan audit trial (melacak laporan/informasi sesuai dengan data yang terkumpul)
13.  Partisipsi tanpa mengganggu
14.  Mengadakan analisis sejak awal penelitian
15.  Data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata atau gambar ketimbang
16.  Desain penelitian tampil dalam proses penelitian
      Sedangkan Basrowi dan Sukidin menyebutkan tujuh karakteristik penelitian kualitatif.
a.       Pertama, dilihat dari kerangka teori Penelitian Kuantitatif menuntut penyusunan kerangka teori, sedangkan kualitatif menolak sepenuhnya penggunaan kerangka teoritik sebagai persiapan penelitian. Membuat persiapan teoritik seperti itu hanya akan menghasilkan penelitian yang artificial dan jauh dari sifat natural-nya.
b.      Kedua, ada tidaknya hipotesis. Penelitian kualitatif tidak terikat oleh hipotesis, mengingat hipotesis muncul karena kerangka teoritik yang mendahuluinya. Disamping itu, penelitian kualitatif tidak melihat kerangka teoritik yang mendahuluinya. Penelitian kualitatif berangkat dari pikiran kosong dalam rangka membangun suatu konsep. Seandainya dalam suatu penelitian yang mengklaim menggunakan pendekatan kualitatif, tetapi ternyata di dalamnya masih terlihat kerangka teoritik maka ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, bahwa teori yang ada dalam penelitian itu kemungkinan digunakan untuk meraba atau bahkan dibuan (ditolak) ketika mendapatkan hal yang baru di lapangan. Kemungkinan kedua, penelitian itu tidak sepenuhnya kualitatif. Mengingat penelitian kualitatif sangat membutuhkan waktu yang cukup lama, sementara keterbatasan waktu penelitian membuat peneliti tidak berani mengklaim pendekatan penelitian yang digunakan sepenuhnya kualitatif.
c.       Ketiga, ada tidaknya ubahan (variabel). Dalam melihat fenomena, penelitian kualitatif berusaha melihat objek dalam konteksnya dan menggunakan tata pikir logik lebih dari sekedar linier kausal. Penelitian kualitatif tidak menentukan ubahan-ubahan dan kategori ubahan serta tidak berusaha mengukur itu, apalagi mengkuantifikasikan.
d.      Keempat, hubungan peneliti dan responden. Peneliti dalam pengumpulan data berfungsi sebagai instrumen yang berusaha mengikuti asumsi-asumsi kultural dan mengikuti data kualitatif. Peneliti berupaya mencapai wawasan imajinatif ke dalam dunia sosial responden dengan secara fleksibel, reflektif dan tidak mengambil jarak dengan responden. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan berperan serta (participant observation) atau ada juga yang menamakan pengamatan terlibat. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif diharapkan terbina rapport. Rapport adalah hubungan antara peneliti dan subjek yang sudah melebur sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah diantara keduanya. Dalam melakukan upaya ini, peneliti harus benar-benar memahami latar penelitian, seperti bahasa, budaya, dan adat-istiadat sehingga dalam melakukan penelitian peneliti benar-benar dapat diterima sebagai anggota masyarakat. Setidaknya terdapat dua pendekatan penting dalam proses pengumpulan data sewaktu melakukan kajian lapangan dalam studi kualitatif, yakni : (1) pengamatan berperan serta (participant observation). Teknik atau pendekatan ini digunakan untuk menunjuk pada penelitian berciri periode interaksi sosial yang intensif, sehingga peneliti ikut berperan pada kegiatan atau proses yang sedang diteliti, ikut empati dan ikut masuk ke dalam serta membiarkan setting ”alamiah” itu terjadi. Dengan demikian, maka ia dapat menguak keunikan yang terjadi dalam subjek kajian dan (2) dokumen pribadi, termasuk di dalamnya wawancara bebas. Teknik ini menunjuk pada bahan-bahan, tempat orang mengungkapkan kata-katanya sendiri, pandangan tentang kehidupannya, dan berbagai aspek kehidupannya sendiri. Dokumen ini dapat berupa buku harian, surat, otobiografi dan catatan hasil wawancara terbuka.
e.       Kelima, metode analisis data. Kajian penelitian kualitatif apabila ditilik dari teknik pendekatan dan analisis data yang digunakan akan berbeda dengan pendekatan kualitatif, mengingat dalam pendekatan kualitatif tidak bisa hanya dilakukan secara analisi linier, akan tetapi harus menggunakan analisis interaktif. Analisis interaktif ditujukan untuk kecermatan penelitian kualitatif dan menjaga kualitas hasil penelitian. Metode analisis semacam ini disebut sebagai model analisis interaktif, di mana masing-masing komponen pengumpulan data, reduksi data, display data, dan kesimpulan hasil dilakukan secara simultan atau secara siklus. Model analisis alur tahapan yang bersifat siklus memiliki tiga tahapan.
·         Tahap open coding.
      Pada tahap ini, peneliti berusaha mendapatkan data sekaya mungkin yang berkaitan dengan subjek.
·         Tahap axial coding
      Tahap ini diorganisir kembali berdasarkan atas kategorinya untuk dikembangkan ke arah beberapa proposisi. Pada tahap ini pula dilakukan analisis hubungan antar kategori. Hubungan tersebut mengarah pada metode grounded theory.
·         Tahap selective coding.
      Tahap ini merupakan tahap memeriksa mana kategori yang inti dan kaitannya dengan kategori yang lain, sehingga dapat diketahui dan dijelaskan yang menjadi inti atau pusat dari konsep atau kategori lainnya.
            Sudikan menyatakan bahwa aplikasinya kemungkinan sebagai berikut : dalam open coding, kegiatan peneliti meliputi : memerinci, memeriksa, memperbandingkan, mengkonseptualisasi dan mengkategorikan. Dalam tahap axial coding, kegiatannya adalah melakukan pengorganisasian kembali berdasarkan kategori untuk dikembangkan ke arah proposisi. Dalam tahap ini selective coding , kegiatannya adalah mengklasifikasikan proses pemeriksaaan kategori inti dalam kaitannya dengan kategori lainnya.
f.       Keenam, Proses dan hasil. Penelitian kualitatif mementingkan proses daripada hasil. Hal ini terjadi karena hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Peranan proses lebih besar dibandingkan hasil.
g.      Ketujuh, Responden dan sample. Dalam penelitian kualitatif, tidak mengenal istilah random sampling, ukuran sample, luas sample dan metode sampling. Dalam penelitian kualitatif, lebih dikenal dengan istilah informan dan snowball sampling. Dalam penelitian kuantitatif, semakin besar sample akan semakin kecil kesalahan sampling. Akan tetapi, dalam penelitian kualitatif banyak sedikitnya informan tidak menentukan akurat dan tidaknya penelitian. Bahkan dalam penelitian kualitatif bisa jadi informannya hanya satu orang dengan syarat validitas data yang terkumpul dari informan tersebut dapat terpenuhi.
      Dengan memperhatikan karakteristik penelitian kualitatif yang dikemukakan para ahli sebagaimana dikemukakan di atas, nampaknya lebih bersifat saling melengkapi dan menambah, karakteristik yang dikemukakan oleh Patton lebih bersipat umum yang merupakan ciri-ciri dasar, rumusan Moleong  sudah menambahkan hal-hal yang bersipat operasional penelitian, terlebih lagi karakteristik yang dikemukakan oleh Nasution. Dengan variasi semacam ini maka akan lebih mempermudah/memperjelas pemahaman tentang penelitian kualitatif.